Ketegangan Kian Panas, Israel dan Iran Saling Serang Tanpa Ampun
YERUSALEM/TEHERAN – Ketegangan Kian Panas Situasi di Timur Tengah kembali memasuki babak genting. Dua kekuatan besar di kawasan, Israel dan Iran, saling melancarkan serangan dalam konflik yang semakin tak terkendali. Dari operasi udara hingga perang kata-kata, kedua negara tampak bersiap untuk eskalasi berskala besar.
Pada Jumat lalu, Israel meluncurkan Operasi Rising Lion, sebuah serangan militer terkoordinasi yang menargetkan fasilitas rudal dan nuklir milik Iran. Dalam pidato resminya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan operasi ini adalah untuk “menghapus ancaman eksistensial” dari Teheran terhadap negara Yahudi tersebut.
Sebagai balasan, Iran tidak tinggal diam. Puluhan rudal dan drone tempur diluncurkan ke wilayah Israel, menghantam kawasan Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem. Serangan ini dilaporkan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur.
Pertempuran Bukan Sekadar Militer, Tapi Juga Propaganda
Menariknya, pertempuran antara kedua negara tak hanya terjadi di medan tempur, tapi juga di ruang publik. Netanyahu dalam pidato terbarunya bahkan menyapa rakyat Iran secara langsung, menyerukan mereka untuk bangkit melawan rezim Ayatollah Khamenei.
“Rezim Islam telah menindas kalian selama hampir 50 tahun. Saat kami berperang, kami juga membuka jalan bagi kalian untuk meraih kebebasan,” kata Netanyahu.
Di sisi lain, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut Israel sebagai “musuh umat Islam” dan bersumpah untuk membalas setiap tetes darah warga Iran yang tumpah.
Korban Sipil Terus Bertambah Ketegangan Kian Panas
Laporan dari berbagai media menyebutkan bahwa serangan balasan Iran menewaskan sedikitnya 7 warga Israel, serta menghancurkan beberapa bangunan di kawasan pemukiman. Di pihak Iran, puluhan korban jatuh akibat serangan awal Israel terhadap fasilitas militer di Teheran, Natanz, dan Isfahan.
Badan kemanusiaan internasional mulai mengungsi dari beberapa zona konflik. Layanan darurat di kedua negara kewalahan menangani korban luka, evakuasi, dan distribusi bantuan medis.
Dunia Internasional: Cemas dan Terbelah Ketegangan Kian Panas
Reaksi internasional pun bermunculan. Amerika Serikat menyatakan dukungan penuh terhadap Israel, sementara Rusia dan Tiongkok mengecam keras serangan Israel yang dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan Iran.
PBB menyerukan gencatan senjata segera, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada tanda-tanda keduanya akan menahan diri.
Ekonomi Global Terancam Ketegangan Kian Panas
Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada kawasan, tapi juga mengguncang ekonomi global. Harga minyak dunia melonjak lebih dari 6% hanya dalam dua hari terakhir, menyusul serangan ke kilang minyak strategis di wilayah Haifa dan instalasi gas Iran di South Pars.
Investor global mulai panik dan mengalihkan dana ke aset-aset safe haven seperti emas dan dolar AS. Analis memperingatkan bahwa jika konflik ini meluas, dampaknya bisa seperti krisis Teluk tahun 1990-an.
Ancaman Perang Skala Regional?
Beberapa analis militer memperkirakan bahwa situasi saat ini bisa menjadi pemicu perang regional. Milisi Hizbullah di Lebanon sudah mulai melancarkan roket ke wilayah utara Israel, sementara kelompok Houthi di Yaman menyatakan siap bergabung bersama Iran.
“Kita tidak hanya bicara tentang dua negara, tapi potensi keterlibatan jaringan kekuatan dari Irak, Suriah, Lebanon, hingga Yaman,” kata Farhad Daryan, analis pertahanan Timur Tengah.
Penutup: Dunia Menanti Titik Balik
Dengan meningkatnya kekerasan, jumlah korban, dan efek domino global, dunia kini menanti apakah para pemimpin Israel dan Iran akan memilih jalur diplomasi atau terus memanaskan medan perang.
Satu hal yang pasti: jika konflik ini dibiarkan, dunia akan menyaksikan bencana kemanusiaan dan ekonomi yang jauh lebih besar dari sekadar konflik dua negara.
Editor: | Sumber: Laporan Langsung, Middle East Eye, Al Jazeera, Reuters
Post Comment